Kelompok Ternak Milenial untuk Mewujudkan Lumbung Ternak Nasional

(instagram.com/indhmeilia)

Tak banyak yang tahu jika Lampung merupakan lumbung ternak keempat terbesar di Indonesia. Pada acara Panen Pedet Nusantara 2021, Provinsi Lampung berhasil meningkatkan angka kelahiran pedet sebanyak 128.774 ekor atau 155,56 persen dari target yang telah ditetapkan. Tingginya capaian ini menjadikan Provinsi Lampung digadang-gadang  dapat menekan angka impor daging nasional. 

Impor daging sapi dan kerbau Indonesia memang masih terbilang cukup tinggi. Pada 2022, kebutuhan daging sapi dan kerbau di Indonesia mencapai 695,39 ribu ton. Padahal ketersediaan daging saat ini hanya sebesar 436,70 ribu ton. Artinya, negara Indonesia mengalami defisit daging hingga 258,69 ribu ton.  Tingginya angka impor daging diprediksi akan terus meningkat jika produksi daging Indonesia tidak bertambah.

Perkembangan ternak di Lampung yang sangat pesat menjadi angin segar bagi dunia peternakan Indonesia. Pada tahun 2022, Provinsi Lampung termasuk sepuluh besar produsen daging nasional dengan produksi 15,42 ton.  Menurut Menteri Pertanian RI, Provinsi Lampung perlu meningkatkan produksi ternak hingga sepuluh kali lipat lagi agar dapat memenuhi kebutuhan daging di Indonesia. 

Meskipun tampak masih jauh dari target pemenuhan konsumsi daging nasional, optimisme Lampung menjadi lumbung ternak nasional bukan sekedar retorika. Provinsi Lampung, khususnya di daerah perdesaan memiliki sumber daya alam yang melimpah sehingga dapat menjadi pakan ternak, seperti rumput hijauan dan limbah pertanian. Kondisi geografis yang dekat dengan kota besar juga semakin memudahkan pemasaran hasil ternak.

Potensi besar yang belum tergali secara maksimal ini menjadikan banyak investor tertarik menanamkan modal pada bidang peternakan di Lampung, diantaranya berasal dari China, Australia, dan Korea Selatan. Pada 2022, terdapat 60 perusahaan peternakan berbadan hukum di Provinsi Lampung. Sebanyak 20 perusahaan merupakan peternakan besar (LTT), sedangkan 40 perusahaan lainnya merupakan peternakan unggas (LTU). 

Sayangnya, peluang ini justru tidak ditangkap oleh masyarakat Lampung, terutama para pemuda usia produktif. Mereka lebih memilih merantau ke kota besar seperti Jakarta atau menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri daripada mengembangkan peternakan di desanya sendiri. Pada Oktober 2022, Provinsi Lampung bahkan menempati urutan kelima penyumbang pekerja migran terbanyak dengan jumlah 9.959 orang.   

Terdapat anggapan bahwa jika para pemuda tetap tinggal di desa, maka kehidupan mereka akan stagnan, tidak akan menghasilkan apa-apa. Kurangnya pengetahuan, kepercayaan diri, stigma negatif, serta minimnya dukungan orang tua membuat tidak banyak pemuda yang tertarik bergerak di bidang peternakan.

Jika hal ini terus dibiarkan, maka impian Lampung untuk bisa menjadi lumbung ternak nasional bisa pupus karena kurangnya regenerasi peternak di masa mendatang. Perlu adanya gebrakan besar agar para pemuda di Lampung dapat tertarik mengembangkan usaha peternakan di desanya sendiri.

Kelompok Ternak Milenial Sebagai Upaya Mewujudkan Lumbung Ternak Nasional

Peternak Milenial Lampung Barat (Instagram.com/@jualbelisapilampung)

Wacana Lampung menjadi lumbung padi nasional sebenarnya sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Namun, hingga saat ini harapan tersebut belum juga terwujud. Menurut Dosen Jurusan Peternakan Universitas Lampung, Dr. Ir. Erwanto, M.S, salah satu faktor penghambat dalam mewujudkan lumbung pangan nasional adalah karena ketidakberhasilan dalam proses inovasi teknologi di level peternak. 

Sudah banyak inovasi di bidang peternakan yang mampu meningkatkan produksi ternak, seperti pakan ternak fermentasi yang memungkinkan peternak tidak lagi angon dan ngarit, teknologi probotik untuk meningkatkan daya cerna pakan ternak, atau sexing protozoa yang mampu menentukan jenis kelamin sapi yang akan dilahirkan. Namun hanya sebagian kecil peternak yang menerapkan inovasi tersebut.

Generasi milenial seharusnya dapat berkontribusi dalam meningkatkan produktivitas ternak di Lampung karena memiliki karakteristik yang unik, yaitu adaptif terhadap teknologi, kreatif, informatif serta produktif. Sayangnya, dalam Survei Angkatan Kerja Nasional 2017, persentase generasi milenial yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan hanya sebesar 16,04 persen. 

Pemerintah Provinsi Lampung dapat mendorong minat generasi milenial di bidang peternakan dengan cara membentuk “Kelompok Ternak Milenial” di setiap desa. Anggota kelompok ternak milenial ini terdiri dari pemuda berusia 19-39 tahun yang akan mengelola kandang komunal. Menurut Prof. Dr. Ir. H.R. Soedijanto Padmowihardjo, pendekatan kelompok dalam penyuluhan dapat mengubah perilaku anggota menjadi lebih produktif karena perilaku merupakan kunci keberhasilan pembangunan pertanian dan berbagai program pembangunan lainnya.  Pendekatan kelompok juga dipilih karena sesuai dengan karakteristik cara belajar generasi milenial yang cenderung suka belajar berkelompok.

Tak hanya mendapatkan pengetahuan mengenai cara beternak, kelompok ternak milenial dapat menjadi inkubator bisnis di bidang peternakan. Harapannya, peternak milenial dapat menjadi peternak yang tidak hanya beternak dalam skala kecil, namun juga memiliki jiwa wirausaha, sehingga produktivitas peternakan Lampung akan meningkat secara drastis.

Untuk meningkatkan minat pemuda tergabung dalam Kelompok Ternak Milenial, pemerintah dapat memanfaatkan peran Duta Peternakan Provinsi Lampung. Duta Peternakan dapat menjadi brand ambassador program kelompok ternak milenial dan mempromosikan program secara masif melalui media sosial. Duta Peternakan yang berasal dari civitas akademika dapat lebih fleksibel untuk menjadi penghubung antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Selain itu, kegiatan kelompok ternak milenial juga harus dikemas secara menarik. Misalnya dengan mengadakan kemah peternak milenial setahun sekali sebagai wadah membangun jejaring dan sharing informasi antar kelompok peternak milenial. Dengan sering berbagi pengalaman, maka semangat untuk menjadikan lampung sebagai lumbung ternak nasional akan terus berkobar. Pemerintah dapat membuat aplikasi khusus untuk para peternak milenial Lampung yang didalamnya terdapat informasi teknologi terbarukan, forum jual beli ternak dan hasil olahannya, serta forum untuk bertanya dan berbagi pengalaman antar peternak.  

Agar program dan kegiatan Kelompok Ternak Millenial dapat terlaksana dengan maksimal, maka diperlukan roadmap program Kelompok Ternak Milenial yang disusun secara cermat oleh pemerintah, akademisi, bisnis, dan kelompok ternak milenial. Selain itu, diperlukan pula Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Standar Pelayanan (SP) kandang komunal yang dibuat secara bersama-sama untuk memudahkan operasionalisasi kandang komunal.

Dari Desa untuk Kemandirian Pangan Indonesia

Peternakan di Lampung dapat meningkatkan kemadirian pangan Indonesia (instagram.com/@jualbelisapilampung)

Di tahun-tahun mendatang, peluang dan tantangan akan semakin jelas terlihat. Indonesia dengan bonus demografi dan kondisi geografis yang melimpah seharusnya mampu menjadi negara adidaya yang tidak tergantung dengan negara lain. Salah satu caranya yaitu dengan memberdayakan generasi milenial di desa agar dapat menyokong kemandirian pangan Indonesia.

Lampung sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi peternakan cukup besar dapat menjadi lumbung ternak nasional apabila jeli menangkap peluang tersebut. Banyaknya desa dan generasi milenial di Lampung akan menjadi modal yang besar jika dimanfaatkan dengan baik. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dan inovasi, kehidupan desa yang sebelumnya terlihat tidak memiliki masa depan, kini dapat menjadi lahan yang menjanjikan. Tinggal bagaimana sumber daya manusia didalamnya, apakah mau beradaptasi atau tidak. Selama ini, upaya mewujudkan lumbung ternak nasional terkendala oleh mindset para peternak yang sulit menerima inovasi. Oleh karena itu, perlu adanya regenerasi peternak yang dilakukan secara masif untuk meningkatkan produktivitas ternak.

Pemerintah dapat menginisiasi pembentukan Kelompok Ternak Milenial di setiap desa untuk mengelola kandang komunal. Jika generasi milenial memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk beternak dan mengolah hasil ternak, maka ia akan semakin percaya diri untuk bergerak di bidang peternakan. Melalui Kelompok Ternak Milenial, pemerintah, akademisi, bisnis, dan masyarakat dapat saling bersinergi untuk mewujudkan ‘Lampung Lumbung Ternak Nasional’. Program ini perlu didukung dengan teknologi dan kebijakan pemerintah agar dapat berjalan secara maksimal. 

Daftar Pustaka

Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Data Penempatan dan Pelindungan PMI Periode Oktober. 2022.

Badan Pusat Statistik. Direktori Perusahaan Peternakan Provinsi Lampung. 2022.

Badan Pusat Statistik. Peternakan Dalam Angka. 2022.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Mentan SyahruI Yakin Provinsi Lampung Jadi Lumbung Ternak Nasional. https://ditjenpkh.pertanian.go.id/berita/1149-mentan-syahrui-yakin-provinsi-lampung-jadi-lumbung-ternak-nasional, diakses pada 17 November 2022.

Erwanto. Lampung Lumbung Ternak: Antara Harapan dan Kenyataan. https://pb-ispi.org/lampung-lumbung-ternak-antara-harapan-dan-kenyataan/, diakses pada 22 November 2022.

Hanafi, Hano. Peran Kandang Sistem Komunal Ternak Sapi Potong Terintegrasi Limbah Pertanian Dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Di Yogyakarta. Jurnal Pertanian Agros Vol.18 No.2 Juli 2016:126-133.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia. 2017.

Tim IDN Times Lampung. Gubernur Arinal: Lampung 4 Besar Nasional Lumbung Ternak. https://lampung.idntimes.com/news/lampung/martin-tobing-1/gubernur-arinal-lampung-4-besar-nasional-lumbung-ternak, diakses pada 17 November 2022.


Catatan: Esai ini telah diikutsertakan dalam Lomba Esai Lentera Swara Lampung 2022

Komentar